Kata mereka diriku selalu dimanja
Kata mereka diriku selalu ditimang
Nada-nada yang indah
Selalu terurai darinya
Tangisan nakal dari bibirku
Takkan jadi deritanya
Tangan halus nan suci
Tlah mengangkat diri ini
Jiwa raga dan seluruh hidup
Kita semua pasti sudah pernah mendengar lagu
tersebut. Cuplikan lagu yang dinyanyikan oleh group band potret merupakan ungkapan
kata terima kasih kepada seorang ibu. Sembilan bulan ibu mengandung, berjuang
mati-matian mempertaruhkan nyawa, keadaan yang membosankan di hadapi dengan
penuh kesabaran. Tak pernah ada keluh dan kesah demi melahirkan
putra-puterinya dengan selamat. Eksistensi seorang ibu mengalami konflik baik
secara vertikal kepada tuhan maupun secara horizontal dengan sesama manusia dan
alam. Karena, sejatinya kehidupan ini memang merupakan proses
berdealektika dengan konflik-konflik realitas. Dalam realitas kehidupan, manusia bukanlah
sebuah cetakan yang sudah selesai dan permanen. Tetapi, manusia akan
menjalankan proses meraih eksistensinya dalam beberapa tahap. Kita sering kali
melihat sahabat-sahabat kita bahkan diri kita sendiri jatuh bangun, naik turun,
tawa tangis, bergantian singgah di kehidupan.
Begitu pula ketika
kita melihat eksistensi seorang ibu dan buah hatinya. Tidak semua orang yang
mengarungi hidup di dunia ini dapat merasakan dekapan kasih sayang seorang ibu,
karena banyak sebab yang melatar belakanginya. Ada yang disebabkan ibunya
meninggal dunia, ibunya terlalu sibuk bekerja, ibunya terlalu keras. Bahkan ada
yang kehadirannya tidak dikehendaki oleh sang ibu atau karena keadaan-keadaan
lain yang membuat sang ibu kita terpaksa berpisah dengan buah hatinya.
Namun, perlu kita
renungi bahwa hampir semua ibu selalu memiliki telaga kasih sayang yang tidak akan
pernah kering. Dalam realitas hidup ini masih banyak kita menemukan seorang ibu
yang bekerja mati-matian agar buah hatinya bisa sekolah, bisa makan, bisa
menikmati hari-hari seperti anak-anak lain pada umumnya , meski harus
membanjiri air keringat dengan sekedar mengumpulkan barang rongsokan atau
sampah kering untuk mendapatkan uang, sang ibu tidak pernah mengeluh.
Ada juga yang
menjadi pembantu rumah tangga, tukang sapu, bahkan tukan sampahpun sang ibu
kerjakan. Tidak heran jika sang ibu masih tetap eksis serta penuh semangat
meski ditinggalkan suaminya, sebab energi cinta yang melekat pada jiwanya
sengguh besar dan menjadikan kuat.
Ada kontaradiktif
di sini,
ketika seorang anak lebih sering menuntut dari ibunya tanpa berani memunculkan
petanyaan, apa yang telah saya berikan kepadanya. Banyak sekali, mungkin jika
dihitung-hitung pemberian ibu pada kita lebih dari banyak. Sehingga kita kadang
tidak pernah berpikir sedikitpun tentang hal itu. Bahkan untuk masa-masa sekarang
seorang ibu dituntut untuk terjun dan berperan di sektor publik dan
domestik sekaligus. Sesempurna mungkin. Seolah tidak cukup sampai distu saja,
masyarakat masih saja menuntut. Sang ibu selalu menjadi kambing hitam ketika
sang buah hatinya mengalami kecelakaan moral, setiap prilaku keburukan yang
dilakukan buah hatinya seoalah-olah adalah pantulah sang ibu.
Mungkin karena itulah, seorang ibu harus mampu
dan bisa bersikap seperti laut. Hamparan airnya yang tidak pernah kering. Hal
ini selaras dengan kasih sayang ibu yang tidak pernah habis. Dengan cinta kasih
sayang yang tidak akan bertepi dan selalu sejuk mengalir dihati anak-anaknya.
Lautpun
tidak pernah protes meski manusia terus-menerus mengotorinya dengan segala
kotoran sampah. Dan begitulah jiwa seorang ibu memilih rela menerima perlakuan
apapun dari anak-anaknya. Dengan menjadikan bagian pengabdian diri kepada Allah
SWT. Meski, kadang sang ibu dibantah, kadang diprotes, kadang sering pula
dicela karena tidak sempurna menunaikan tugasnya sebagai seorang ibu.
Tidak
sedikit dari kalangan kita berpikir buruk pada seorang ibu. Katakanlah ketika terungkap kabar baik itu
pada media koran ataupun berita media TV, seoarang ibu telah tega membuang
anaknya. Namun, bagi anaknya, dia toh tetap berjasa saat berjuang keras bahkan
bertaruh nyawa demi melahirkan sang anak.
Karena
itulah, seburuk-buruk seorang ibu di mata sang anak, ia tetap saja manusia
mulia yang doanya untuk anak-anaknya tidak akan terhijab oleh Allah SWT. Bahkan
bisa jadi, doa sang ibu untuk kita lebih didengar dari doa kita sendiri. Satu
dua dari kelakuannya terkadang tidak kita sukai, tetapi terkadang juga kita
terlalu tergesa-gesa menarik benang merah dari apa yang telah diperbuatnya.
Bahkan lupa, bahwa batin seorang ibu selalu penuh dengan cinta dan kasih sayang
.
Marilah
sejenak merenung kembali, hal apa yang telah kita berikan kepada sang ibu.
Sudah saatnya, kita belajar memahami perlakuan sang ibu pada diri kita. Belajar
cara memahami ibu mencintai kita, yang mungkin satu dua hal yang selalu
mengalami konfrontasi dengan aspirasi kita. Maafkanlah kita ibu. Sebagaimana
ibu pun selalu memaafkan kita.
Sby, 04-06-13
02.00
Tidak ada komentar:
Posting Komentar